Tepat pada hari jum’at (20/2) pukul 2 siang kami
berangkat menuju desa Deres untuk melaksanakan kegiatan live in “pengabdian
yang berkarya nyata” selama 3 hari 2 malam. Desa yang kurang lebih ditempuh
dalam waktu 1 jam dari kampus ini terletak agak masuk ke dalam, jauh dari
perkotaan. Sesampainya didesa ini terasa begitu sunyi, nyaris suara kendaraan
pun taka ada. Setelah berkemas kemas dan menurunkan barang bawaan, kami pun
singgah di kediaman pak kadus (kepala dusun) desa Deres. Rasa kecewa kami
timbul ketika pak dusun yang dinantikan tidak datang, dikarenakan kesibukannya.
Tanpa mengulur waktu kami bergegas untuk menuju rumah warga yang akan kami
tempati bersama dengan panitia. Letak rumah yang kami tempati tidak begitu jauh
dari rumah pak kadus dan tepat berada dipinggir desa. Rumah yang saya tempati
milik bapak mulyani, beliau tinggal bersama seorang istri dan 2 orang anak
serta satu orang cucu. Kegiatan sehari hari bapak mulyani adalah pemulung botol
bekas, akan tetapi beliau juga tidak jarang untuk bekerja menggarap kebunnya. Malam
harinya kami mengobrol dan ramah tamah bersama dengan keluarga beliau. Tak
terasa hari pun sudah larut, waktunya kami bergegas untuk tidur dan
mempersiapkan tenaga untuk besok.
Waktu
sudah menunjukkan pukul 5 pagi, matahari pun sudah memancarkan cahayanya. Kami
bangun dan bersiap untuk mandi, tetapi ah rasa malas masih menyelimutiku.
Alangkah beruntungnya, kelompokku bersama dengan 3 orang teman perempuan
sehingga urusan masak-memasakpun bisa diandalkan hehehe. Selesai masak dan
sarapan kami diajak oleh bapak untuk pergi ke TPA. Pikirku dalam hati, aduh
pasti tempatnya bau dan kumuh, belum lagi banyak lalat bertebaran. Akan tetapi
kami buang jauh-jauh pikiran tersebut. Sesampainya di TPA kami membantu bapak
untuk memilah dan menyortir botol minuman bekas. Sungguh banyak sekali botol
bekas yang tidak terpakai disini, baik dari segi ukuran, rasa dan berbagai
kemasan hadir ditempat ini. Botol-botol bekas tersebut dipisahkan berdasarkan
warnanya, ada yang bening dan bewarna serta berbahan kaleng dan plastik. Kami
melepaskan label merek dari boto-botol bekas tersebut dengan menggunakan cutter. Dalam sebulan bapak bisa
mendapatkan penghasilan kurang lebih 1 juta. Di TPA yang khusus botol bekas ini
jarang ditemui lalat, hmm mungkin karena ini merupakan sampah anorganik
sehingga lalat tidak tertarik untuk kemari. Pukul 11 kami bergegas pulang,
karena bapak ada acara yang harus dihadiri. Perjalanan pulang kami berbeda
dengan pada saat berangkat, saat pulang kami melewati daerah perkebunan atau
hutan, orang-orang sini menyebutnya alas.
Langkah kaki kami terbatas karena jalur yang becek serta licin karena diguyur
hujan. Sesampainya dirumah kami istirahat sejenak, ternyata melelahkan menjadi
pemulung dan pemilah botol bekas. Padahal saya tidak jarang membeli minuman
kemasan lalu membuangnya begitu saja. Selepas istirahat kami pun membantu ibu
untuk menjemur jagung di halaman depan rumah. Tak terasa hari berganti sore dan
malam pun tiba. Kami meminta ijin ke bapak untuk berjalan-jalan melihat suasana
desa.
Hari
minggu (22/2) adalah hari terakhir kami didesa deres. Sekitar pukul sepuluh
panitia menyelenggarakan kegiatan penyuluhan kesehatan dengan pembicara dr.
Inggar. Penyuluhan ini dihadiri oleh para warga dusun dan tentunya kami sebagai
peserta live in. penyuluhan ini juga menjadi acara penutup kegitan live in
2015. Acara ditutup dengan pemberian kenang-kenangan kepada kepala dusun.
sekian :D
agus sulistiyono
0 komentar:
Posting Komentar