Live In di TPA Bawen

by 6/29/2015 0 komentar

          Tepat pada hari jum’at (20/2) pukul 2 siang kami berangkat menuju desa Deres untuk melaksanakan kegiatan live in “pengabdian yang berkarya nyata” selama 3 hari 2 malam. Desa yang kurang lebih ditempuh dalam waktu 1 jam dari kampus ini terletak agak masuk ke dalam, jauh dari perkotaan. Sesampainya didesa ini terasa begitu sunyi, nyaris suara kendaraan pun taka ada. Setelah berkemas kemas dan menurunkan barang bawaan, kami pun singgah di kediaman pak kadus (kepala dusun) desa Deres. Rasa kecewa kami timbul ketika pak dusun yang dinantikan tidak datang, dikarenakan kesibukannya. Tanpa mengulur waktu kami bergegas untuk menuju rumah warga yang akan kami tempati bersama dengan panitia. Letak rumah yang kami tempati tidak begitu jauh dari rumah pak kadus dan tepat berada dipinggir desa. Rumah yang saya tempati milik bapak mulyani, beliau tinggal bersama seorang istri dan 2 orang anak serta satu orang cucu. Kegiatan sehari hari bapak mulyani adalah pemulung botol bekas, akan tetapi beliau juga tidak jarang untuk bekerja menggarap kebunnya. Malam harinya kami mengobrol dan ramah tamah bersama dengan keluarga beliau. Tak terasa hari pun sudah larut, waktunya kami bergegas untuk tidur dan mempersiapkan tenaga untuk besok. 


           Waktu sudah menunjukkan pukul 5 pagi, matahari pun sudah memancarkan cahayanya. Kami bangun dan bersiap untuk mandi, tetapi ah rasa malas masih menyelimutiku. Alangkah beruntungnya, kelompokku bersama dengan 3 orang teman perempuan sehingga urusan masak-memasakpun bisa diandalkan hehehe. Selesai masak dan sarapan kami diajak oleh bapak untuk pergi ke TPA. Pikirku dalam hati, aduh pasti tempatnya bau dan kumuh, belum lagi banyak lalat bertebaran. Akan tetapi kami buang jauh-jauh pikiran tersebut. Sesampainya di TPA kami membantu bapak untuk memilah dan menyortir botol minuman bekas. Sungguh banyak sekali botol bekas yang tidak terpakai disini, baik dari segi ukuran, rasa dan berbagai kemasan hadir ditempat ini. Botol-botol bekas tersebut dipisahkan berdasarkan warnanya, ada yang bening dan bewarna serta berbahan kaleng dan plastik. Kami melepaskan label merek dari boto-botol bekas tersebut dengan menggunakan cutter. Dalam sebulan bapak bisa mendapatkan penghasilan kurang lebih 1 juta. Di TPA yang khusus botol bekas ini jarang ditemui lalat, hmm mungkin karena ini merupakan sampah anorganik sehingga lalat tidak tertarik untuk kemari. Pukul 11 kami bergegas pulang, karena bapak ada acara yang harus dihadiri. Perjalanan pulang kami berbeda dengan pada saat berangkat, saat pulang kami melewati daerah perkebunan atau hutan, orang-orang sini menyebutnya alas. Langkah kaki kami terbatas karena jalur yang becek serta licin karena diguyur hujan. Sesampainya dirumah kami istirahat sejenak, ternyata melelahkan menjadi pemulung dan pemilah botol bekas. Padahal saya tidak jarang membeli minuman kemasan lalu membuangnya begitu saja. Selepas istirahat kami pun membantu ibu untuk menjemur jagung di halaman depan rumah. Tak terasa hari berganti sore dan malam pun tiba. Kami meminta ijin ke bapak untuk berjalan-jalan melihat suasana desa.
          Hari minggu (22/2) adalah hari terakhir kami didesa deres. Sekitar pukul sepuluh panitia menyelenggarakan kegiatan penyuluhan kesehatan dengan pembicara dr. Inggar. Penyuluhan ini dihadiri oleh para warga dusun dan tentunya kami sebagai peserta live in. penyuluhan ini juga menjadi acara penutup kegitan live in 2015. Acara ditutup dengan pemberian kenang-kenangan kepada kepala dusun.  






sekian :D

agus sulistiyono

Unknown

Gue Yang Punya

Seorang bloger pemula, suka banget ngemil, alhamdulillah anak kandung bukan anak pungut, lagi studi S1 Mikrobiologi di SWCU , Salatiga.

0 komentar:

Posting Komentar